Kamis, 03 Maret 2016

Makalah Birrul Walidain


MAKALAH
ETIKA MUSLIM TERHADAP KEDUA ORANG TUA
 (makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah hadis 3 )
Dosen Pengampu : Khabiburrahman, M.Ag
KELAS : H
Kelompok 1 :
1.      Eko Mar’Atus             Sholihah                      (111-13-152)
2.      Ahmad Murtadho `                             (111-14-276)
3.      Khoirin Nisai Shalihati                        (111-14-326)
4.      Roudhotul Yahrotul Ilma                   (111-14-358)


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri
Salatiga 2016

KATA PEGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat taufiq, hidayah serta pertolongan-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan dan dapat selesai tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta tabi’it-tabi’inya.
            Dalam makalah ini kami membahas Etika Muslim Terhadap Orang Tua.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari jauh dari kesempurnaan baik dalam penempatan kata, ejaan, maupun cara penyusunannya. Untuk itu, penyusun sangat mengharap kritik dan saran untuk perbaikan pada kesempatan yang akan datang.
Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan ilmu, informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
 Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

                                                                        Salatiga, 27 Februari 2016
                                                                                    Penyusun,








DAFTAR ISI
Halaman............................................................................... x
Kata Pengantar.................................................................. 1
Daftar Isi.............................................................................. 2
BAB I  PENDAHULUAN..................................................... 3
1.       Latar Belakang Masalah…………………………..….3
2.       Rumusan Masalah…………………………...………..3
3.       Tujuan Rumusan Masalah……….………….….….....3
BAB II
LANDASAN TEORI…………………………………………….4
BAB III
PEMBAHASAN…………………….………………....…….......6
1.      Pengertian Birrul Walidain …………….…….................6
2.      Keutamaan Birrul Walidain.........................................…..7
3.         Bentuk-bentuk Birrul Walidain...............................................9
4.        Bentuk –bentuk durhaka terhadap orang tua…………………11
5.        Pahala berbakti kepada Orang Tua...........................................12
BAB IV PENUTUP………………………...........………………………..14
1.      Kesimpulan……………….………………………..14
2.      Usul dan Saran.....................................…………...14
DAFTAR  PUSTAKA …………......………………………………....15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam telah mengajarkan kepada kita agar berbakti kepada orang tua, mengingat banyak dan besarnya pengorbanan serta kebaikan orang tua terhadap anak, yaitu memelihara dan mendidik kita sejak kecil tanpa perhitungan biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak mengharapkan balasan sedikit pun dari anak, meskipun anak sudah mandiri dan bercukupan tetapi orang tua tetap memperlihatkan kasih sayangnya, oleh karena itu seorang anak memiliki macam-macam kewajiban terhadap orang tuanya menempati urutan kedua setelah Allah Swt. Berbakti kepada orang tua tidak hanya sebatas pada saat keduanya masih hidup, melainkan harus terus dilakukan setelah keduanya meninggal. Dalam makalah ini, pemakalah akan memaparkan tentang birrul walidain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari birrul walidain dan dasar hukumnya ?
2. Apa saja keutamaan dari birrul walidain ?
3. Apa saja bentul-bentuk birrul walidain ?
4. Bagaimana pahala berbakti kepada Orang Tua ?
1.3     Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum birrul walidain
2.   Untuk mengetahui keutamaan dari birrul walidain
3.   Untuk mengetahui bentuk-bentuk birrul walidain
4.   Unruk mengetahui pahala berbaktu kepada orang tua




BAB II
LANDASAN TEORI
        Islam memandang, berbakti kepada kedua orang tua adalah ibadah yang sangat besar pahalanya. Sebab merekalah yang mengasuh, membesarkan, mendidik, dan menghidupi anak-anaknya. Bahkan dalam salah satu riwayat Rasulullah menegaskan : “ Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan keduanya .”  Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Tawadlu ( rendah diri ). Tidak boleh Kibir ( sombong ) bila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia.
Firman Allah SWT dalam Al Quran:
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡ‍ٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا ٣٦
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.(An Nisa: 4/ 36)

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا ٢٣ وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا ٢٤
 “Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangiku pada waktu kecil.’” (QS : Al-Isro: 17/ 23-24)
وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ ١٤
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
 (QS : Luqman :31/  14)













BAB III
PEMBAHASAN

A.                Pengertian Birrul Walidain
·         Bir: kebaikan, berdasarkan sabda Rosulullah SAW, “al-birr  adalah baiknya akhlak”.(H.R.Muslim)
·         Al-birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan AL-‘uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya.[1]
·         Birrul walidain: kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya. Lawannya adalah durhaka kepada kedua orang tua, berbuat kejelekan dan menyianyiakan hak.
v  Hukum birrul walidain
·         Birrul walidain hukumnya adalah wajib kecuali dalam hal yang haram.
·         Dasarnya adalah al-qur’an, sunnah dan ijma’.
v  Kedudukan birrul walidain
Syari’at islam meletakkan kewajiban birrul walidain menempati rangking kedua setelah beribadah kepada Allah SWT dengan mengesakan-Nya. Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mampu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.[2]
B.                 Keutamaan birrul walidain
1. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ
( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)

Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)[3]
2.   Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
عَنْ اَبِي هُرَيرَةَ رضي الله عنه قال جَاءَ رَجُلٌ الى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم فقال يَا رسولَ الله مَنْ اَحَقًّ النّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قال: اُمُّك قال: ثُمَّ مَنْ؟ قال: ثُمَّ اُمُّك قال: ثم من؟ قال :ثم امُّك قال: ثم من؟ قال : ثم اَبُوْكَ (اخرجه البخاري)
Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “Bapakmu!”(H.R.Bukhari).
3.   Hadis Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ الْوَلِيدُ بْنُ عَيْزَارٍ أَخْبَرَنِي قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يَقُولُ أَخْبَرَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid telah menceritakan kepada kami Syu'bah berkata; Al Walid bin 'Aizar telah mengabarkan kepadaku dia berkata: saya mendengar Abu 'Amru Asy Syaibani berkata; telah mengabarkan kepada kami pemilik rumah ini, sambil menunjuk kerumah Abdullah dia berkata: saya bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda: "Shalat tepat pada waktunya." Dia bertanya lagi; "Kemudian apa?" beliau menjawab: "Berbakti kepada kedua orang tua." Dia bertanya; "Kemudian apa lagi?" beliau menjawab: "Berjuang di jalan Allah." Abu 'Amru berkata; "Dia (Abdullah) telah menceritakan kepadaku semuanya, sekiranya aku menambahkan niscaya dia pun akan menambahkan (amalan) tersebut kepadaku."
4.   Hadis Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya.
عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى الله عليه وسلم : ان الله حرم عليكم عقوق الامهات ووأد البنات ومنع وهات وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري)
Artinya: dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari).
C.                Bentuk-bentuk birrul walidain

Berbuat baik kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak. Sehingga kita berkewajiban melaksanakan apa yang telah diperintahkan dalam Al Quran dan As Sunnah, yaitu :
v  Saat orang tua masih hidup :
·   Mentaati perintah orang tua selama tidak bertentangan dengan syariat dan akidah.
·   Berbakti dan merendah diri (tawadhu’) dihadapan orang tua.
·   Tidak sombong dihadapan orang tua
·   Mendahulukan berbakti kepada Ibu dari pada ayah.
·   Berbicara dengan lembut dihadapan mereka.
·   Menyediakan makanan untuk mereka.
·   Meminta izin kepada orang tua sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya.
·   Memberi harta kepada orang tua menurut jumlah yang mereka inginkan, karena pada hakikatnya semua harta kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada kedua orang tua, baik ketika mereka minta ataupun tidak.
·   Membuat keduanya Ridho dengan berbuat baik kepada orang orang yang dicintai mereka.
·   Memenuhi sumpah kedua orang tua.
·   Tidak mencela orang tua atau tidak menyebabkan mereka dicela orang lain.
·   Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.[4]
v  Ketika orang tua telah meninggal dunia, maka tidak ada yang diharapkan dari yang hidup kecuali apa-apa yang bisa memberikan manfaat kepada akhirat­nya, berupa pahala dan yang dapat menyelamatkannya dari siksa. Di antara yang dapat memberikan manfaat kepada orang tua setelah meninggalnya yang dapat dilakukan oleh sang anak dalam mewujudkan baktinya, adalah:
·   Menyelenggarakan pengurusan jenazahnya seperti: memandikannya, mengkafaninya, mensolatakannya dan menguburkannya.
·   Berdoa untuk keduanya (asshalatu’alaihima)
·   Memohonkan ampun keduanya (wal isthugfarulahuma)
·   Memenuhi segala janjinya semasa hidup yang belum terlaksana seperti : wasiat, utang piutang (wainfadu ahdihima). Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ، صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ
“Barangsiapa yang meninggal dan masih menanggung hutang puasa, maka walinya yang menunaikannya.” (HR. Bukhari, Muslim)
·   Menghormati teman dan sahabat orang tua semasa keduanya masih hidup (waiqramu shadiqihima).
·   Menyambung kebiasaan baik orang tua semasa hidup, seperti sholat berjamaah di mesjid, infaq dan shodaqoh, dll.
·   Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya. Antara lain dengan kerabat, handai taulan, sahabat. Abdullah Ibnu ‘Umar radhiyallahu'anhuma mengatakan, “aku mendengar Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيْهِ
“Termasuk kebaikan yang paling baik adalah seorang anak menyambung hubungan dengan keluarga orang yang dicintai orang tuanya setelah meninggalnya”.  (HR. Muslim: 2552).[5]
Teringatlah kita akan al Qamah sahabat sejati Allah Swt. Tersedak jiwanya di kerongkongan karena tidak mendapat restu sang ibu. Hanya karena selimut hati sang ibu yang tersingkap restunya, al- Qamah tenteram dan ruhnya melesat memburu ridla ilahi. Karenanya jangan biarkan hati orang tuamu terluka karena ucapan dan perila kukita.
Suatu saat Rasulullah menyampaikan wasiat terhadap para sahabat bahwa nanti kalian akan berjumpa dengan seorang pemuda dari Yamanbernama Uwais ibnu Amir dari suku Qaran. Ia sosok pemuda yang sangat hormat dan ditubuhnya mengalir darah yang mengalir penuh kasih sayang terhadap ibunya. Sehingga setiap kali berdoa, langit bergetar mengabulokan doa-doanya. Rasulullah saw. Berwasiat kepada para sahabat, “Bila kalian berjumpa dengannya, mintalah doanya untukmu.” (HR Muslim).[6]
D.                Bentuk-bentuk durhaka terhadap orang tua
1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan yang membuat orang tua sedih atau sakit hati.
2. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
5. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
8. Malu mengakui orang tuanya.
E.                 Pahala bagi orang yang berbakti kepada orang tua
Allah telah menjanjikan orang-orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dengan kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat dan dia akan mendapatkan pahala yang besar di akhirat, dan diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Pahala di Dunia
a.       Dipanjangkan umurnya dan diperbanyak rizkinya
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim" . Silaturahmi di sini juga termasuk silaturahmi kepada orang tua.
Dosa memutus silatu rahim
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ إِنَّ جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab bahwa Muhammad bin Jubair bin Muth'im berkata; bahwa Jubair bin Muth'im telah mengabarkan kepadanya bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturrahmi."
b.      Dikabulkan doanya
c.       Anak dan cucunya akan berbakti kepadanya
d.      Dicintai keluarganya dan tetangganya
e.       Dijauhkan dari mati dalam keburukan
f.       Dipuji oleh manusia dan mereka akan berterima kasih padanya
g.      Allah akan meridhainya
2.  Pahala di Akhirat
a.       Berbakti adalah salah satu penyebab utama masuk surga
b.      Dimasukan surga dengan orang-orang yang pertama kali dimasukkan surga.
c.       Penebus dosa[7]















BAB IV
PENUTUP

4.1              Kesimpulan
Birrul walidain: kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya.lawannya adalah durhaka kepada kedua orang tua, berbuat kejelekan dan menyianyiakan hak.
Berbuat baik kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak. Sehingga kita berkewajiban melaksanakan apa yang telah diperintahkan dalam Al Quran dan As Sunnah.
Ketika orang tua telah meninggal dunia, maka tidak ada yang diharapkan dari yang hidup kecuali apa-apa yang bisa memberikan manfaat kepada akhirat­nya, berupa pahala dan yang dapat menyelamatkannya dari siksa.
4.2 Usul dan saran
Diharapkan kepada semua pembaca agar menghormati dan menyayangi Orang Tua Kita kapanpun dan dimanapun Kita berada,berbaktilah kepada kedua orang tua kita dan janganlah kita durhaka kepada keduanya.













DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Maria. Surga Dibawah Kaki Ibu, (Klaten: Cable Book, Cet I ), 2012.

Ilyas Yunahar, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI,Cet IX), 2007.
Mahmud Sya’roni, Cermin Kehidupan Rosul, (Semarang: Aneka Ilmu, cet I), 2006.
Ritonga,A. Rahman,.Berbuat baik kepada Orang Tua. (Surabaya: Amalia), 2005.
Tasmara Toto, 60 Materi Kultum Untuk Semua Momentum, (Jakarta: Al Kalam), 2010.
Yahya, Materi Hadits III IAIN SALATIGA, (Salatiga), 2015








                                                                                                                                      


[1] Maria Hidayah,Surga DibawahKaki Ibu,Klaten: Cable Book,2012,31
[2] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,Yogyakarta: LPPI,cetIX,2007,147-152
[3] Maria Hidayah, Surga DibawahKaki Ibu,Klaten: Cable Book,2012,34
[4] Mahmud Sya’roni, Cermin Kehidupan Rosul,Semarang: Aneka Ilmu,cet I, 2006,378.
[5] Maria Hidayah,...125-126
[6] Toto Tasmara,60 Materi Kultum Untuk Semua Momentum. Jakararta: Al Kalam,2010,214-228
[7] A. Rahman, Ritonga,.Berbuat baik kepada Orang Tua. Surabaya: Amalia. 2005,115

11 komentar:

  1. artikelnya sangat membantu referensi saya, izin copy beberapa.
    terima kasih :)

    BalasHapus
  2. preview blog mu ada berapa mas ? tak pasangi iklan adsense bisa ga ? aku yo orang sl3

    BalasHapus
  3. saya izin copy sebagian untuk tugas ya.. terimakasih banyak

    BalasHapus
  4. izin kopas buat tugas

    trimakasih

    BalasHapus
  5. assalamualaikum ...
    tulisannya bagus. izin utk mengkopinya mas....
    tks.

    BalasHapus
  6. How to Play Baccarat | Play Baccarat Online at
    Learn how to play Baccarat febcasino and try your hand at the casino from the 인카지노 comfort of home. Baccarat is one of the most popular 메리트카지노 casino games in the world. Try

    BalasHapus
  7. al hamdulillah bagus makalahnya..tapi bagaimana y caranya ketika saya mau dwonlud

    BalasHapus