MAKALAH
ETIKA MUSLIM TERHADAP
KEDUA ORANG TUA
(makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah hadis 3 )
Dosen Pengampu : Khabiburrahman,
M.Ag

KELAS
: H
Kelompok
1 :
1. Eko
Mar’Atus Sholihah (111-13-152)
2. Ahmad
Murtadho ` (111-14-276)
3. Khoirin
Nisai Shalihati (111-14-326)
4. Roudhotul
Yahrotul Ilma (111-14-358)
Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri
Salatiga 2016
KATA PEGANTAR
Puji dan syukur kami
ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat taufiq, hidayah serta
pertolongan-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan dan dapat selesai tepat
pada waktunya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta tabi’it-tabi’inya.
Dalam makalah ini kami membahas Etika
Muslim Terhadap Orang Tua.
Dalam penyusunan
makalah ini, penyusun menyadari jauh dari kesempurnaan baik dalam penempatan
kata, ejaan, maupun cara penyusunannya. Untuk itu, penyusun sangat mengharap
kritik dan saran untuk perbaikan pada kesempatan yang akan datang.
Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan
ilmu, informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk
mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Amiin
Ya Rabbal ‘Alamiin.
Salatiga,
27
Februari 2016
Penyusun,
DAFTAR
ISI
Halaman............................................................................... x
Kata
Pengantar.................................................................. 1
Daftar Isi.............................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN..................................................... 3
1. Latar
Belakang Masalah…………………………..….3
2. Rumusan
Masalah…………………………...………..3
3. Tujuan
Rumusan Masalah……….………….….….....3
BAB
II
LANDASAN
TEORI…………………………………………….4
BAB
III
PEMBAHASAN…………………….………………....…….......6
1.
Pengertian Birrul Walidain …………….…….................6
2. Keutamaan Birrul
Walidain.........................................…..7
3.
Bentuk-bentuk Birrul Walidain...............................................9
4.
Bentuk –bentuk durhaka terhadap orang tua…………………11
5.
Pahala berbakti kepada Orang
Tua...........................................12
BAB
IV PENUTUP………………………...........………………………..14
1.
Kesimpulan……………….………………………..14
2.
Usul dan Saran.....................................…………...14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Islam telah mengajarkan kepada kita
agar berbakti kepada orang tua, mengingat banyak dan besarnya pengorbanan serta
kebaikan orang tua terhadap anak, yaitu memelihara dan mendidik kita sejak
kecil tanpa perhitungan biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak mengharapkan
balasan sedikit pun dari anak, meskipun anak sudah mandiri dan bercukupan
tetapi orang tua tetap memperlihatkan kasih sayangnya, oleh karena itu seorang
anak memiliki macam-macam kewajiban terhadap orang tuanya menempati urutan
kedua setelah Allah Swt. Berbakti kepada orang tua tidak hanya sebatas pada
saat keduanya masih hidup, melainkan harus terus dilakukan setelah keduanya
meninggal. Dalam makalah ini, pemakalah akan memaparkan tentang
birrul walidain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian dari birrul walidain dan dasar hukumnya ?
2. Apa saja
keutamaan dari birrul walidain ?
3. Apa saja
bentul-bentuk birrul walidain ?
4. Bagaimana
pahala berbakti kepada Orang Tua ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum birrul
walidain
2. Untuk
mengetahui keutamaan dari birrul walidain
3. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk birrul walidain
4. Unruk
mengetahui pahala berbaktu kepada orang tua
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Islam memandang, berbakti kepada kedua orang tua
adalah ibadah yang sangat besar pahalanya. Sebab merekalah yang mengasuh,
membesarkan, mendidik, dan menghidupi anak-anaknya. Bahkan dalam salah satu
riwayat Rasulullah menegaskan : “ Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan
kedua orang tua dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan keduanya .”
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Tawadlu ( rendah diri ). Tidak boleh Kibir ( sombong ) bila sudah meraih
sukses atau mempunyai jabatan di dunia.
Firman Allah SWT dalam Al Quran:
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ
شَيۡٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ
وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ
ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ
مُخۡتَالٗا فَخُورًا ٣٦
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri”.(An Nisa: 4/ 36)
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ
إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ
أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا
وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا ٢٣ وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ
وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا ٢٤
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu
jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada
ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku,
sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangiku pada waktu
kecil.’” (QS : Al-Isro: 17/ 23-24)
وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ
حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ
لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ ١٤
“Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
(QS :
Luqman :31/ 14)
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Birrul Walidain
·
Bir: kebaikan, berdasarkan sabda
Rosulullah SAW, “al-birr adalah baiknya akhlak”.(H.R.Muslim)
·
Al-birr adalah mentaati kedua orang tua
didalam semua apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak
bermaksiat kepada Allah, dan AL-‘uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat
baik kepadanya.[1]
·
Birrul walidain: kebaikan-kebaikan yang
dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya. Lawannya adalah
durhaka kepada kedua orang tua, berbuat kejelekan dan menyianyiakan hak.
v Hukum
birrul walidain
·
Birrul walidain hukumnya adalah wajib
kecuali dalam hal yang haram.
·
Dasarnya adalah al-qur’an, sunnah dan
ijma’.
v Kedudukan
birrul walidain
Syari’at islam
meletakkan kewajiban birrul walidain menempati rangking kedua setelah beribadah
kepada Allah SWT dengan mengesakan-Nya. Birrul Walidain mempunyai
kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan
orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya
juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya
menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat
besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara
khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu
dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak,
sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah,
membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mampu
berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan
logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya
dan dilarang untuk mendurhakainya.[2]
B.
Keutamaan
birrul
walidain
1. Hadis
Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
عَنْ عَبْدُ الله بن
عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه
وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ
( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)
Artinya:
dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)[3]
2. Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak
dipergauli dengan baik.
عَنْ
اَبِي هُرَيرَةَ رضي الله عنه قال جَاءَ رَجُلٌ الى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم
فقال يَا رسولَ الله مَنْ اَحَقًّ النّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قال: اُمُّك قال:
ثُمَّ مَنْ؟ قال: ثُمَّ اُمُّك قال: ثم من؟ قال :ثم امُّك قال: ثم من؟ قال : ثم
اَبُوْكَ (اخرجه البخاري)
Artinya:
dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak
aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa?
Rasulullah menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”.
Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab:
“Bapakmu!”(H.R.Bukhari).
3. Hadis Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling
disukai Allah SWT.
حَدَّثَنَا
أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ الْوَلِيدُ بْنُ عَيْزَارٍ أَخْبَرَنِي
قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يَقُولُ أَخْبَرَنَا صَاحِبُ هَذِهِ
الدَّارِ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ
عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ
الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
Telah
menceritakan kepada kami Abu Al Walid telah menceritakan kepada kami Syu'bah
berkata; Al Walid bin 'Aizar telah mengabarkan kepadaku dia berkata: saya
mendengar Abu 'Amru Asy Syaibani berkata; telah mengabarkan kepada kami pemilik
rumah ini, sambil menunjuk kerumah Abdullah dia berkata: saya bertanya kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Amalan apakah yang paling dicintai Allah?
Beliau bersabda: "Shalat tepat pada waktunya." Dia bertanya lagi;
"Kemudian apa?" beliau menjawab: "Berbakti kepada kedua orang
tua." Dia bertanya; "Kemudian apa lagi?" beliau menjawab:
"Berjuang di jalan Allah." Abu 'Amru berkata; "Dia (Abdullah) telah
menceritakan kepadaku semuanya, sekiranya aku menambahkan niscaya dia pun akan
menambahkan (amalan) tersebut kepadaku."
4. Hadis Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah
mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya.
عن المغيرة بن شعبة قال
النبي صلى الله عليه وسلم : ان الله حرم عليكم عقوق الامهات ووأد البنات ومنع وهات
وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري)
Artinya: dari
Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh Allah
ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang
bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang
yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari).
C.
Bentuk-bentuk birrul walidain
Berbuat
baik kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak. Sehingga kita
berkewajiban melaksanakan apa yang telah diperintahkan dalam Al Quran dan As
Sunnah, yaitu :
v Saat
orang tua masih hidup :
· Mentaati
perintah orang tua selama tidak bertentangan dengan syariat dan akidah.
· Berbakti
dan merendah diri
(tawadhu’) dihadapan orang tua.
· Tidak sombong dihadapan orang tua
· Mendahulukan
berbakti kepada Ibu dari pada ayah.
· Berbicara
dengan
lembut dihadapan mereka.
· Menyediakan
makanan untuk mereka.
· Meminta izin kepada orang tua sebelum berjihad
dan pergi untuk urusan lainnya.
· Memberi
harta kepada orang tua menurut jumlah yang mereka inginkan, karena pada hakikatnya semua harta kita adalah milik
orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada kedua orang tua, baik
ketika mereka minta ataupun tidak.
· Membuat
keduanya Ridho dengan berbuat baik kepada orang orang
yang dicintai mereka.
· Memenuhi
sumpah kedua orang tua.
· Tidak
mencela orang tua atau tidak menyebabkan mereka dicela orang lain.
· Senantiasa
berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik dalam tingkah laku
maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.[4]
v Ketika orang
tua telah meninggal dunia, maka tidak ada yang diharapkan dari yang hidup
kecuali apa-apa yang bisa memberikan manfaat kepada akhiratnya, berupa pahala
dan yang dapat menyelamatkannya dari siksa. Di antara yang dapat memberikan
manfaat kepada orang tua setelah meninggalnya yang dapat dilakukan oleh sang
anak dalam mewujudkan baktinya, adalah:
· Menyelenggarakan
pengurusan jenazahnya
seperti: memandikannya, mengkafaninya, mensolatakannya dan menguburkannya.
· Berdoa
untuk keduanya (asshalatu’alaihima)
· Memohonkan
ampun keduanya (wal isthugfarulahuma)
· Memenuhi
segala janjinya semasa hidup yang belum terlaksana seperti : wasiat, utang
piutang (wainfadu ahdihima). Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ مَاتَ
وَعَلَيْهِ صِيَامٌ، صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ
“Barangsiapa yang meninggal dan masih menanggung hutang puasa, maka walinya
yang menunaikannya.” (HR. Bukhari, Muslim)
· Menghormati
teman dan sahabat orang tua semasa keduanya masih hidup
(waiqramu shadiqihima).
· Menyambung
kebiasaan baik orang tua semasa hidup, seperti sholat berjamaah di mesjid,
infaq dan shodaqoh, dll.
· Menyambung
silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya. Antara lain
dengan kerabat, handai taulan, sahabat. Abdullah Ibnu ‘Umar radhiyallahu'anhuma mengatakan, “aku mendengar Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ
أَبِيْهِ
“Termasuk
kebaikan yang paling baik adalah seorang anak menyambung hubungan dengan
keluarga orang yang dicintai orang tuanya setelah meninggalnya”. (HR. Muslim:
2552).[5]
Teringatlah kita
akan al Qamah sahabat sejati Allah Swt. Tersedak jiwanya di kerongkongan karena
tidak mendapat restu sang ibu. Hanya karena selimut hati sang ibu yang
tersingkap restunya, al- Qamah tenteram dan ruhnya melesat memburu ridla ilahi.
Karenanya jangan biarkan hati orang tuamu terluka karena ucapan dan perila kukita.
Suatu
saat Rasulullah menyampaikan wasiat terhadap para sahabat bahwa nanti kalian
akan berjumpa dengan seorang pemuda dari Yamanbernama Uwais ibnu Amir dari suku
Qaran. Ia sosok pemuda yang sangat hormat dan ditubuhnya mengalir darah yang
mengalir penuh kasih sayang terhadap ibunya. Sehingga setiap kali berdoa,
langit bergetar mengabulokan doa-doanya. Rasulullah saw. Berwasiat kepada para
sahabat, “Bila kalian berjumpa dengannya,
mintalah doanya untukmu.” (HR Muslim).[6]
D.
Bentuk-bentuk durhaka terhadap orang tua
1.
Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan yang membuat orang tua
sedih atau sakit hati.
2. Berkata
“ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
3. Membentak
atau menghardik orang tua.
4. Bakhil
atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurus orang tuanya,
padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun,
dilakukan dengan penuh perhitungan.
5. Bermuka
masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan
bodoh, “kolot”, dan lain-lain.
6. Menyuruh
orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan.
7. Menyebut
kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang
tua.
8. Malu
mengakui orang tuanya.
E.
Pahala bagi orang yang berbakti kepada orang tua
Allah telah
menjanjikan orang-orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dengan kebaikan
yang banyak di dunia dan akhirat dan dia akan mendapatkan pahala yang besar di
akhirat, dan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pahala
di Dunia
a. Dipanjangkan
umurnya dan diperbanyak
rizkinya
عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ
Dari Anas bin Malik RA, dia
berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa
ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung
tali silaturahim" .
Silaturahmi di sini juga termasuk silaturahmi kepada orang tua.
Dosa memutus
silatu rahim
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ
أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ إِنَّ جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ
أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab
bahwa Muhammad bin Jubair bin Muth'im berkata; bahwa Jubair bin Muth'im telah
mengabarkan kepadanya bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali
silaturrahmi."
b. Dikabulkan
doanya
c. Anak
dan cucunya akan berbakti kepadanya
d. Dicintai
keluarganya dan tetangganya
e. Dijauhkan
dari mati dalam keburukan
f. Dipuji
oleh manusia dan mereka akan berterima kasih padanya
g. Allah
akan meridhainya
2. Pahala di Akhirat
a. Berbakti
adalah salah satu penyebab utama masuk surga
b. Dimasukan
surga dengan orang-orang yang pertama kali dimasukkan surga.
c. Penebus
dosa[7]
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Birrul walidain:
kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang
tuanya.lawannya adalah durhaka kepada kedua orang tua, berbuat kejelekan dan
menyianyiakan hak.
Berbuat
baik kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak. Sehingga kita
berkewajiban melaksanakan apa yang telah diperintahkan dalam Al Quran dan As
Sunnah.
Ketika orang tua telah meninggal dunia, maka tidak ada
yang diharapkan dari yang hidup kecuali apa-apa yang bisa memberikan manfaat
kepada akhiratnya, berupa pahala dan yang dapat menyelamatkannya dari siksa.
4.2 Usul dan saran
Diharapkan kepada semua pembaca agar menghormati dan
menyayangi Orang Tua Kita kapanpun dan dimanapun Kita berada,berbaktilah kepada
kedua orang tua kita dan janganlah kita durhaka kepada keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, Maria. Surga Dibawah Kaki Ibu, (Klaten:
Cable Book, Cet
I ), 2012.
Ilyas Yunahar,
Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI,Cet IX), 2007.
Mahmud
Sya’roni, Cermin Kehidupan Rosul,
(Semarang:
Aneka Ilmu, cet
I), 2006.
Ritonga,A. Rahman,.Berbuat baik kepada
Orang Tua. (Surabaya: Amalia), 2005.
Tasmara Toto, 60 Materi Kultum
Untuk Semua Momentum, (Jakarta:
Al Kalam), 2010.
Yahya, Materi
Hadits III IAIN SALATIGA,
(Salatiga), 2015
[1] Maria Hidayah,Surga DibawahKaki Ibu,Klaten: Cable
Book,2012,31
[2] Yunahar Ilyas,
Kuliah Akhlak,Yogyakarta: LPPI,cetIX,2007,147-152
[4] Mahmud
Sya’roni, Cermin Kehidupan Rosul,Semarang: Aneka Ilmu,cet I, 2006,378.
[5] Maria Hidayah,...125-126
[6] Toto Tasmara,60 Materi Kultum Untuk Semua Momentum.
Jakararta: Al Kalam,2010,214-228
artikelnya sangat membantu referensi saya, izin copy beberapa.
BalasHapusterima kasih :)
preview blog mu ada berapa mas ? tak pasangi iklan adsense bisa ga ? aku yo orang sl3
BalasHapussaya izin copy sebagian untuk tugas ya.. terimakasih banyak
BalasHapusIzin kopas buat tugas makasih
BalasHapusizin kopas buat tugas
BalasHapustrimakasih
izin copas buat tugas
BalasHapusassalamualaikum ...
BalasHapustulisannya bagus. izin utk mengkopinya mas....
tks.
How to Play Baccarat | Play Baccarat Online at
BalasHapusLearn how to play Baccarat febcasino and try your hand at the casino from the 인카지노 comfort of home. Baccarat is one of the most popular 메리트카지노 casino games in the world. Try
al hamdulillah bagus makalahnya..tapi bagaimana y caranya ketika saya mau dwonlud
BalasHapusizin copy paste untuk tugas, terima kasih
BalasHapusIzin copas yah🙏🏻☺️
BalasHapus